Cornelis PNS Karier Yang Jadi Gubernur Kalbar Asal Pribumi

Cornelis lahir di Sanggau, Kalimantan Barat, 27 Juli 1953. Masa kecilnya dihabiskan di kota kelahirannya Kabupaten Sanggau. Ia menyelesaikan sekolah dasar dan menengah di Senakin..  Ia merupakan anak kedua dari delapan bersaudara. Ayahnya bernama Josep Rofinus Djamin dann ibunya bernama Maria Christina Uko’. Ia masih berkerabat dengan Panglima Sidong, seorang tokoh masyarakat di Sanggau. Sepupunya, Frans Anes menceritakan bahwa ayahnya tidak ikut disungkup oleh Jepang karena seorang pendiam dan cengeng. Sebaliknya, Panglima Sidong merupakan orang yang melawan Jepang. Karena dianggap berbahaya, ia disungkup dan di bokongnya dikenai besi panas dikarenakan Panglima seorang yang punya kanuragan yang tinggi. Frans Anes selanjutnya merekomendasikan supaya Alif Sidong menjadi narasumber tentang Peristiwa Mandor karena dia tahu banyak tentang kejadian itu.   

Karena ayahnya bertugas sebagai seorang polisi, masa kecil Cornelis hidup berpindah-pindah tempat. Ia mulai mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) di Sukadana pada tahun 1960. Pada tahun 1966, tahun terakhirnya di SR, ia pindah ke Ngabang mengikuti ayahnya dan menamatkan Sekolah Rakyat di Ngabang. Kemudian Cornelis melanjutkan pendidikan di SMP Gotong Royong di Senakin hingga tahun 1969. Setelah SMP, Cornelis melanjutkan pendidikan di Kota Pontianak. Awalnya, ia bersekolah di SMA Santu Petrus, namun karena keterbatasan biaya, Cornelis pindah ke SMA Kapuas yang iuran sekolahnya lebih murah.
Tamat SMA pada tahun 1972, Cornelis melanjutkan pendidikan tinggi di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN). Usai menyelesaikan pendidikan di APDN pada tahun 1978, Cornelis meniti karier sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dimulai dari staf di pemerintahan di tingkat desa. Seiring berjalannya waktu, karier Cornelis sebagai PNS kian menanjak dan membawanya menduduki jabatan Camat Menjalin pada tahun 1989–1995 dan Camat Menyuke pada 1995–1999. Pada tahun 1999, Cornelis dipercaya menduduki jabatan di tingkat provinsi, yakni sebagai Kepala Sub Dinas Pengawasan di Dinas Pertambangan dan Energi.

Semasa bersekolah di APDN, Cornelis bertemu dengan banyak pejabat pemerintahan daerah yang membawanya berkenalan dengan Frederika, putri dari seorang camat. Ia kemudian menikahi Frederika pada 20 April 1980. Pernikahannya dengan Frederika dikaruniai dua orang putri yang masing-masing diberi nama Karolin Margret Natasa dan Angelina Fremanco. Putri sulungnya, dr. Karolin Margret Natasa merupakan anggota DPR-RI dari PDI Perjuangan untuk Daerah Pemilihan Kalimantan Barat. Ia terpilih pertama kali melalui Pemilu 2009 dengan perolehan suara terbanyak ketiga secara nasional, setelah Edhie Baskoro Yudhoyono dan Puan Maharani. Pada Pemilu 2014, ia terpilih kembali dan tercatat sebagai caleg dengan perolehan suara terbanyak secara nasional.

Pada November 2007, melalui usungan dari PDI Perjuangan Cornelis yang berpasangan dengan Christiandy Sanjaya memenangkan pilkada dengan perolehan 43,7% suara, mengungguli tiga pasang kandidat lainnya, termasuk calon petahana Usman Ja’far dan L.H. Kadir. Keduanya kemudian dilantik pada 14 Januari 2008 oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto. Dalam sejarah ia termasuk salah satu Gubernur Provinsi Kalimantan Barat yang berasal dari penduduk asli atau pribumi setelah era Oevang Oeray dan Usman Ja’far.

Menuju periode kedua, Cornelis dan Christiandy Sanjaya tetap berpasangan dan terpilih kembali melalui Pemilukada 2012. Kali ini, keduanya diusung koalisi PDI Perjuangan, Partai Demokrat, PDS, Partai PIB, dan PKB; dan memenangkan pemilukada dengan perolehan 52,1% suara, mengalahkan tiga pasang kandidat lainnya. Keduanya kemudian dilantik untuk masa jabatannya yang kedua pada 14 Januari 2013 oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.
Di dunia organisasi, Cornelis cukup aktif. Ia bergabung dengan AMPI, Golkar, dan pindah ke PDI Perjuangan. Bahkan salah satu anaknya Karolin menjadi anggota DPR dari PDI Perjuangan daerah pemilihan Kalimantan Barat.  

Sementara Cornelis sendiri mengawali kariernya sebagai Kaur Bangdes Kecamatan Mandor, Kabupaten Pontianak pada tahun 1979. Setelah itu kariernya terus naik. Dia kemudian menjadi Kabag Pemdes Kantor Bupati Kabupaten Pontianak, Camat Menjalin, Kabupaten Pontianak, Camat Menyuke, Kabupaten Pontianak pada tahun 1995 hingga 1999.

Setelah tak lagi menjadi camat, Cornelis ditugaskan sebagai Kasubdin Pengawasan Dinas Pertambangan Provinsi Kalimantan Barat. Kariernya makin naik saat ia menjadi Bupati Landak periode 2001-2006. Pada Pilkada berikutnya, ia terpilih kembali sebagai Bupati Landak periode 2006-2011, tapi ia tidak sampai menyelesaikannya karena ikut pemilihan gubernur (Pilgub) pada tahun 2008.      

Cornelis terpilih sebagai Gubernur Kalimantan Barat dan didampingi Christiandy Sanjaya sebagai wakilnya untuk periode 2008-2013. Pada Pilgub berikutnya, dia kembali mencalonkan dan terpilih lagi sebagai gubernur untuk periode 2013-2018.

KELUARGA
Istri               : Frederika, S.Pd.
Anak            :  dr. Karolin Margret Natasa
                       Angelina Fremalco, S.H.

PENDIDIKAN
SR, Senakin, 1966
SMP, Senakin,1969
SMA, Pontianak, 1972
APDN,  Pontianak, 1978
S-1, Ilmu Pemerintahan Unbraw, Malang, 1987
S-2, Magister Ilmu Hukum Untan, Pontianak, 2004

KARIER
Kaur Bangdes Kecamatan Mandor Kabupaten Pontianak,1979–1986
Pimpinan AMPI Kecamatan Mandor, 1979–1986.
Anggota FKPPI Wilayah Kecamatan Menjalin,1979
PU Kabag Pemdes Kantor Bupati Kabupaten Pontianak,1989.
Camat Menjalin Kabupaten Pontianak,1989–1995

Ketua Bawanhat Golkar Menyuke 1995

Ketua DPD PDIP Kalimantan Barat 2014-2019

Anggota DPR RI Fraksi PDI Dapik Kalbar Periode 2019-2029

Leave a Reply