
Ketapang merupakan salah satu nama Kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat. Sejarah Kota Ketapang sendiri sampai saat ini masih samar. Dalam Atlas Sejarah yang disusun oleh Muhammad Yamin (1965) untuk mengidentifikasi Nusantara Raya menurut Mpu Prapanca di dalam naskah Nagarakertagama, wilayah geografi kota Ketapang saat ini diberi nama Tandjungpura.
Nama Tandjungpura ini kemudian berganti lagi menjadi Matan, pada masa pemerintaha kesultanan Riau-Johor. Sedangkan perubahan nama dari Matan menjadi Ketapang, tidak diketahui asal muasalnya. Meski sejarah berdirinya belum jelas, Kota Ketapang disebut-sebut sebagai salah satu kota tertua di Kalimantan Barat. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Kerajaan Tanjungpura – Matan di wilayah Kota Ketapang yang merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat. Bukti lain yang menunjukkan bahwa Kota Ketapang merupakan kota tertua adalah dengan ditemukannya beberapa kronik Cina, Nagarakertagama, prasasti Waringin Pitu dan penelitian para ahli linguistik di kepulauan Indo-Malaya asal tahun 1400 masehi.
Menurut kronik-kronik Cinta tersebut, Tandjungpura disebut sebagai Tan-jung-wu-lo, dikatakan bahwa daerah ini sekitar tahun 1400 M merupakan jajahan raja Jawa. Kitab Negarakertagama disebutkan bahwa Tandjungpura merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit. Dalam Prasasti Waringin Pitu (1447 M), Tanjungpura (Tanjungnagara) sudah merupakan nama ibu kota negara bagian Majapahit untuk wilayah Pulau Kalimantan (Sehieke 1959). Pada masa itu, Majapahit dipimpin oleh raja Dyah Kertawijaya/Prabu Kertawijaya Brawijaya I (1447 – 1450 M).
Perubahan nama kota Matan menjadi Ketapang berasal dari nama kampong Ketapang yang terletak di pinggiran sungai Ketapang kecil (sekarang wilayah Kel. Kauman, Kel. Tengah da Desa Sampit) oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 1816, peneliti Belanda, G. Muller menaksir kampong Ketapang di huni sekitar 1000 orang, terdiri dari orang Melayu, China, Bugis (Veth, 1854).
Secara biologis, Ketapang merupakan tumbuhan berkayu yang hidup di ekosistem pesisir pantai. Pohon ketapang (Terminalia Catappa) banyak tanaman peneduh, karena memiliki bentuk tajuk yang lebar. Pemilihan nama wilayah yang mengambil jenis nama tumbuhan bentuk penyatuan dan penghormatan diri dengan lingkungan alam sekitarnya.
Versi lain mengenai berdirinya kota Ketapang dapat ditinjau dari peristiwa sejarah yang sangat penting pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin di Kerajaan Matan. Sejarah ini berkaitan erat dengan peristiwa perampasan kekuasaan oleh saudaranya sendiri Pangeran Agung pada tahun 1710 M. Pangeran Agung yang gagal merebut tahta saudaranya, dipenjarakan (diasingkan) oleh Sultan Muhammad Zainuddin dengan membuatkannya suatu kota kecil lengkap dengan pelayannya (gundik) 40 orang. Orang Kalimantan Barat kemudia menyebutnya sebagai Darul Salam. Orang Ketapang menyebut daerah tersebut Tembalok (tempat penjara raja) atau Sei Awan seberang Sukabangun. Dalam sejarah kerajaan Riau Johor nama tersebut diartikan “dikurung dalam kota kecil sampai mati”.
Sejarah yang lain mengatakan bahwa pada masa pemerintah Hindia Belanda, sejak tahun 1936 Kabupaten Ketapang adalah salah satu daerah Afdeling. Daerah Afdeling yaitu merupakan bagian karesidenan Kalimantan Barat (Residentis Westerm Afdeling Van Borneo) dengan pusat pemerintahannya di Pontianak. Kabupaten Ketapang yang berstatus Afdeling ini kemudian disempurnakan dengan Stard Blood 1948 No. 58 dengan pengakuan adanya Pemerintahan swapraja.

Pada waktu itu Kabupaten Ketapang terbagi menjadi tiga pemerintahan swapraja, yaitu Sukadana, Simpang dan Matan, kemudian semua daerah Swapraja yang ada digabungkan menjadi sebuah Federasi. Kabupaten Ketapang Adalah Salah Satu Kabupaten Di Kalimantan Barat yang perekonomiannya di dominasi oleh sektor pertanian, perikanan laut dan pertambangan seperti bauksit, nikel dan biji besi dan industri pengolahan.
Sumber :
http://www.humas.ketapang.go.id/info_daerah.php?k=sejarah_ketapang, 20 Oktober 2014.
dkcketapangkalbar.wordpress.com/2009/03/01/asal-nama-ketapang