Kisah Lebaran Dan Opor Ayam

Salah satu makanan khas yang hampir selalu ada di hari pertama Lebaran adalah Opor Ayam khususnya bagi mayoritas masyarakat jawa, tidak terkecuali di Kalimantan Barat yang walaupun juga terkenal dengan hidangan khas melayu atau masakan khas pesisir sungai lainnya, tapi menu ayam dengan bumbu santan yang gurih ini hampir selalu hadir di hari pertama lebaran baik disajikan dengan ketupat maupun lontong sebagai pelengkapnya

Opor ayam baik yang dimasak dari ayam kampung muda maupun ayam potong broiler adalah satu hidangan khas idul fitri selain rendang daging, sayur lodeh, sambal kentang goreng hati dan sayur pacri nenas untuk di daerah Kalimantan Barat Khususnya Kota Pontianak

Opor ayam adalah salah satu sajian istimewa yang tak pernah absen dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Dengan kuah santannya yang kaya dan rasa gurih yang khas, hidangan ini berhasil memikat hati banyak orang di berbagai penjuru negeri. Hampir setiap keluarga menyajikan opor ayam sebagai menu utama saat berkumpul bersama di hari raya dalam suasana hangat dan penuh kebersamaan.

Namun, di balik kelezatan opor ayam, tersembunyi sejarah panjang yang menarik untuk digali. Hidangan ini bukan hanya hasil kreasi asli Indonesia, melainkan buah dari akulturasi budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Sejarah opor ayam dapat dilacak melalui jejak pengaruh dari tiga budaya besar yang berinteraksi dengan Nusantara: India, Arab, dan China. Hidangan ini bukan hasil dari satu budaya tunggal, melainkan merupakan perpaduan yang tercipta dari proses akulturasi selama berabad-abad. Kombinasi teknik memasak dan penggunaan rempah-rempah khas dari berbagai bangsa telah membentuk opor ayam seperti yang kita kenal di Indonesia saat ini.

Di Indonesia, terdapat dua jenis opor ayam yang paling populer: opor ayam dengan kuah santan putih dan opor ayam dengan kuah kuning. Setiap varian memiliki cita rasa, warna, dan sejarah yang unik, mencerminkan pengaruh budaya yang turut membentuknya. Opor ayam dengan kuah santan putih sangat erat kaitannya dengan komunitas peranakan Tionghoa di Indonesia. Hidangan ini memiliki kuah yang kental dan gurih dengan dominasi aroma santan, menciptakan cita rasa yang lembut namun tetap kaya. Sajian ini sering disajikan bersama lontong atau ketupat,

Kehadiran opor ayam santan putih dalam kuliner Nusantara menunjukkan bagaimana budaya China turut mempengaruhi teknik memasak dan bahan yang digunakan. Penggunaan santan yang melimpah dalam hidangan ini sejalan dengan kecenderungan masakan Tionghoa peranakan yang sering mengadaptasi bahan lokal sambil mempertahankan karakteristik aslinya. Berbeda dengan opor santan putih, varian opor ayam berkuah kuning mencerminkan pengaruh budaya India. Warna kuning khas yang dihasilkan dari kunyit menjadi ciri utama hidangan ini, sementara penggunaan jintan serta rempah-rempah lainnya memberikan aroma dan rasa yang lebih tajam. Kunyit dan jintan merupakan bumbu yang sering digunakan dalam masakan India, terutama dalam hidangan berempah seperti kari.

Selain warna dan aroma yang khas, opor ayam berkuah kuning juga memiliki rasa yang lebih kompleks dibandingkan dengan varian santan putih. Hidangan ini sering disajikan dalam berbagai kesempatan istimewa, terutama saat perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Kombinasi antara santan, kunyit, dan rempah lainnya menjadikan opor ayam kuning sebagai sajian yang menggugah selera dan semakin memperkaya khazanah kuliner Nusantara.

sumber :

Dyah Ratna Meta Novia, Mei 2021//https://lifestyle.okezone.com

miranti,2022. Ada fakta menaik sejarah opor ayam.liputan6.com

Leave a Reply